Setelah mengalami peristiwa tragis, yaitu Nabi Yusuf (a.s.) diserahkan oleh saudara-saudaranya ke seorang laki-laki Mesir karena iri dan cemburu, dia akhirnya dijual kepada seorang pria Mesir yang ternyata memiliki hubungan dengan raja Mesir. Nabi Yusuf (a.s.) tumbuh bersama keluarga ini menjadi pria tampan dengan kepribadian yang baik. Namun, masalah datang ketika istri lelaki Mesir yang membelinya, Zulaikha, mencoba memfitnahnya.
Akibat fitnah tersebut, Nabi Yusuf (a.s.) dipenjara. Selama masa penjara, dia menggunakan bakatnya untuk menafsirkan mimpi dan membantu teman satu selnya. Allah memberinya mukjizat untuk menafsirkan mimpi.
Suatu hari, raja Mesir bermimpi tentang tujuh ekor sapi betina gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, serta tujuh tangkai gandum hijau dan tujuh tangkai gandum kering. Raja meminta ahli tafsir mimpi di Mesir untuk menafsirkannya, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhirnya, juru minuman raja yang pernah satu sel dengan Nabi Yusuf (a.s.) mengingat bakat Nabi Yusuf (a.s.) dalam menafsirkan mimpi dan membawanya ke hadapan raja.
Nabi Yusuf (a.s.) memberikan tafsiran kepada raja, mengatakan bahwa akan ada tujuh tahun tanam-menanam yang baik diikuti oleh tujuh tahun kelaparan. Dia menyarankan agar mereka menyimpan sebagian hasil panen selama tahun-tahun baik tersebut untuk digunakan selama tahun kelaparan. Raja terkesan dengan jawaban Nabi Yusuf (a.s.) dan meminta dia keluar dari penjara.
Namun, Nabi Yusuf (a.s.) memiliki satu syarat: raja harus menyelidiki ulang kasus fitnah yang dituduhkan terhadapnya oleh wanita, termasuk Zulaikha. Wanita-wanita itu bersaksi atas kebaikan dan kejujuran Nabi Yusuf (a.s.), dan ini akhirnya membantu dia dibebaskan dari penjara. Itulah bagaimana Allah mengatur keselamatan dan ketinggian Nabi Yusuf (a.s.).
Peristiwa ini diabadikan dalam surah Yusuf ayat 47,
قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدْتُمْ فَذَرُوهُ فِي سُنْبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا تَأْكُلُونَ “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”
Petunjuk datangnya kemarau berkepanjangan selama 7 Tahun
Semua dimulai dari mimpi Raja Mesir, yang pada hakikatnya adalah petunjuk dari Allah SWT. tentang datangnya tujuh tahun kelaparan setelah tujuh tahun kelimpahan. Dalam tafsir ayat 47 Surah Yusuf, Ibn Kathir menjelaskan bahwa Nabi Yusuf (a.s.) memberikan peringatan bahwa akan ada tujuh tahun kesuburan yang akan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan.
Sebagai hasil dari pemahaman ini, Raja Mesir mempercayakan Nabi Yusuf (a.s.) untuk menjadi bendahara negara Mesir. Meskipun hidup dalam kemewahan dan kelimpahan, Nabi Yusuf (a.s.) tetap menjalani kehidupan dengan moralitas yang tinggi dan disertai dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Dia bahkan menikahi seorang perempuan Mesir bernama Asnat.
Kemudian, ketika tiba saatnya, kemarau yang panjang yang telah diramalkan oleh Nabi Yusuf (a.s.) dan disampaikan kepada penduduk Mesir, benar-benar terjadi. Namun, karena persiapan yang telah diarahkan oleh Nabi Yusuf (a.s.), yaitu menimbun gandum dalam jumlah besar selama tujuh tahun kelimpahan dan mengatur distribusi makanan dengan bijak, penduduk Mesir tidak mengalami kelaparan yang parah selama periode kemarau.
Selain di Mesir, dampak kemarau juga dirasakan di Palestina, tempat tinggal Nabi Yaqub (a.s.) dan saudara-saudaranya, termasuk Nabi Yusuf (a.s.). Inilah yang akhirnya membawa Nabi Yusuf (a.s.) bersatu kembali dengan keluarganya, terutama dengan ayahnya.